Thursday, April 16, 2020

Mencoba Menangkal Virus Covid-19 Dengan vaksin VCO?


Komoditas kelapa, dikenal sebagai bahan pangan yang memiliki berbagai manfaat kesehatan di Asia, khususnya Asia Tenggara. Adapun produk utama kelapa yang telah dikonsumsi selama ribuan tahun oleh masyarakat Asia Tenggara lebih tepatnya masyarakat yang bermukim di perkebunan kelapa, yaitu Indonesia dan Philipina adalah minyak kelapa.


Di tengah maraknya virus Covid-19, kesadaran masyarakat akan pentingnya memperkuat imunitas tubuh semakin tinggi dan salah satunya adalah dengan mengkonsumsi VCO, yang bahan dasarnya sudah dikenal masyarakat ribuan tahun yang lalu itu. Bahkan tidak hanya dikonsumsi namun VCO sekarang diteliti untuk dijadikan vaksin penangkal Covid-19, oleh pemerintah Philipina. Berikut cuplikan dari berbagai media yang bersumber pada harian online Philipina berbahasa Inggris, gmanetwork.com:

Katadata dot id melansir bahwa; Filipina mulai melakukan percobaan pengobatan pasien virus corona atau Covid-19 menggunakan minyak kelapa murni atau virgin coconut oil (VCO), awal bulan ini. Departemen Sains dan Teknologi (DOST) di Filipina mengatakan percobaan tersebut dilakukan dalam dua pendekatan, yakni berbasis rumah sakit dan berbasis masyarakat. Untuk percobaan berbasis rumah sakit, Sekretaris DOST Fortunato de la Peña mengatakan penelitian bertajuk ‘Virgin Coconut Oil & Omega-3a Adjunctive Teraphy for Hozpitalized Patient with Covid-19’ diterapkan di Rumah Sakit Umum Filipina.



“Penelitian ini bertujuan untuk menilai kemungkinan manfaat VCO jika diberikan kepada pasien Covid-19 dengan gejala sedang hingga berat, di samping obat yang telah dinilai dalam uji klinis,” ujarnya seperti dikutip dari ABS-CBN.



Rappler melaporkan dalam percobaan tersebut, para pasien virus corona setiap harinya akan diberikan asupan makanan dan suplemen yang telah dimasukan kandungan minyak kelapa murni. "Kelompok ini mungkin berjalan selama minimal satu bulan atau sampai jumlah minimum pasien telah tercapai," katanya. Sedangkan penelitian berbasis masyarakat dilakukan oleh komunitas sipil yang juga difasilitasi oleh Lembaga Penelitian Makanan dan Gizi DOST. Mereka memberikan suplementasi kepada para pasien virus corona berisiko tinggi yang tengah diselidiki di fasilitas isolasi di Metro Manila dan Calabarzon. "Tim proyek ini berencana untuk melakukan hal yang sama untuk studi intervensi sebelumnya," kata De La Peña, dikutip dari media online Filipina, Phil Star.

Sebelumnya, Profesor Fabian Dayrit dan Dr. Mary Newport dari Spring Hill Neonatolody di Florida, Amerika Serikat, juga telah mengusulkan studi klinis yang sama tentang pemanfaatan VCO untuk pengobatan pasien penyakit menular.

Dalam jurnal yang dipublikasikan dalam laman Ateneo De Manila University pada 31 Januari lalu, menjelaskan bahwa asam laurat minyak kelapa mengandung asam laurat yang baik untuk kesehatan manusia. Saat dikonsumsi, asam tersebut akan memaksa tubuh memproduksi senyawa monolaurin yang mampu memicu aktivitas penolakan virus.

Penelitian itu, dikutip juga oleh Minenews dot com, Universitas Ateneo de Manila (Filipina) menyebutkan bahwa sebelumnya Dr Fabian Dayrit dan Dr Mary Newport dari Spring Hill Neonatolody (AS) mengusulkan potensi minyak kelapa sebagai bahan yang aman terhadap COVID-19 pada bulan Januari lalu.

Sifat antivirus dalam asam laurat bekerja dalam tiga mekanisme. “Aktivitas pertama, mereka menyebabkan disintegrasi selubung virus; kedua, mereka dapat menghambat tahap pematangan akhir dalam siklus replikasi virus; dan ketiga, mereka dapat mencegah pengikatan protein virus ke membran sel inang,” tulis jurnal tersebut.


Jurnal tersebut juga mengutip penelitian terdahulu milik Baltic dkk (2017) yang mengatakan bahwa asam laurat dan monolaurin telah digunakan sebagai suplemen alami untuk menjaga kesehatan hewan ternak dan hewan peliharaan. “Monolaurintelah terbukti secara efektif melindungi ayam terhadap virus avian influenza,” tulisnya.

Fabian dan Mary menilai pemanfaatan VCO untuk penanganan pasien terjangkit virus corona begitu penting, mengingat hingga saat ini dunia belum memiliki vaksin Covid-19. “Perawatan ini terjangkau dan hampir bebas risiko, dan potensi manfaatnya sangat besar,” kata mereka.
Jurnal Prosiding Konferensi Nasional Kelapa (2004) yang ditulis oleh Steivie Karouw dan Budi Santosa dari Balai Penelitian Tanaman Palma Indonesia bahkan mengatakan bahwa asam laurat adalah kandungan yang paling banyak ditemukan di dalam minyak kelapa.
Minyak kelapa murni mengandung Asam laurat (C12). Dan monolaurin, turunannya, telah dikenal selama bertahun-tahun memiliki aktivitas antivirus yang signifikan.

Selain itu, asam laurat juga dinilai lebih cepat bereaksi terhadap tubuh, karena tergolong dalam kelompok Medium Chain Fatty Acid (MCFA) atau Asam Lemak Rantai Menengah (ALRM). “Keunggulan ALRM dalam proses pencernaan dibanding asam lemak tak jenuh yaitu lebih cepat proses metabolismenya dan diserap oleh usus,” tulisnya.
Asam laurat adalah asam lemak rantai menengah yang membentuk sekitar 50 persen minyak kelapa. Sedangkan monolaurin adalah metabolit yang diproduksi secara alami oleh enzim tubuh sendiri setelah menelan minyak kelapa dan juga tersedia dalam bentuk murni sebagai suplemen.
Sodium lauryl sulfate, surfaktan umum yang terbuat dari asam laurat, telah terbukti memiliki sifat antivirus yang kuat. Asam laurat, monolaurin, dan natrium lauril sulfat (yang juga dikenal sebagai natrium dodesil sulfat) digunakan dalam berbagai produk karena sifat antivirusnya.
Sementara harian Kompas mencatat bahwa asam laurat berperan dalam banyak aktivitas antivirus; Kadar asam laurat yang cukup besar (setengah dari keseluruhan kadar) pada minyak kelapa mengandung Monolaurinyang disebut memiliki kemampuan membunuh jamur, bakteri bahkan virus sekalipun. 
Sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2013 dalam terbitan Journal of Medicinal Food mengkonfirmasi bahwa monolaurin memiliki kekuatan antibakteri dimana monolaurin dapat menghambat aktivitas bakteri Staphylococcus aureus pada tikus.
Studi lainnya dalam Journal of Dermatology Obat membandingkan monolaurin dengan enam jenis antibiotik umum dalam pengobatan infeksi. Studi ini menemukan efek antibiotik monolaurin lebih signifikan secara statistik tanpa resistensi antibiotik umum seperti penisilin , oksasilin, dan vankomisin.
Dalam jurnal In vitro evaluation of antifungal activity of monolaurin against Candida albicans biofilms, Monolaurin juga memiliki kemampuan untuk membunuh Candida albicans (C. albicans)yang dapat mempengaruhi kulit, alat kelamin, tenggorokan, dan mulut manusia.
Salah satu pengetahuan menarik tentang efek monolaurin dari minyak kelapa pada HIV telah dikenal khalayak luas termasuk komunitas-komunitas AIDS sejak peneliti Islandia Halldor Thormar mulai menerbitkan buku yang berjudul Inactivation of enveloped viruses and killing of cells by fatty acids and monoglycerides. Antimicrob Agents Chemother pada tahun 1987.
Rupanya, virus, bakteri dan jamur yang terbungkus oleh membran lipid (lipid bilayer/envlope) sangat rentan terhadap cara kerja monolaurin. Ketika monolaurin bersentuhan dengan virus-virus ini, monolaurin diserap oleh membran lipid dan membuat virus tidak stabil sehingga membran virus mudah hancur.
Virus influenza, campak, herpes dan hepatitis bahkan virus HIV-1merupakan kategori virus yang dilindungi oleh membran lipid. Sedangkan Chlamydia trachomatis Neisseriagonorrhoeae, Staphylococcus aureus Helicobacter pylori, Candida albicans Giardia adalah kelompok bakteri dan jamur yang memiliki membran lipid.
Nah, Coronavirus sendiri merupakan salah satu virus RNA yang terdiri dari selubung lipid bilayer (envelope) seperti HIV dan beberapa virus yang tersebut di atas. Lagipula, corona virus yang tidak tahan terhadap deterjen merupakan salah satu kelemahan dari virus yang terselubung envelope.
Asam lemak lain dalam minyak kelapa, yakni asam kaprat (C10) dan turunannya, monokaprin, juga menunjukkan aktivitas yang menjanjikan terhadap virus lain, seperti HIV-1. Asam kaprat menyumbang sekitar 7 persen dari minyak kelapa. Jadi, setidaknya ada dua asam lemak dalam minyak kelapa, dan monogliserida (monolaurin dan monokaprin) mereka, memiliki sifat antivirus.
Bagaimana? Masih ragu mengkonsumsi bahan pangan yang telah ada sejak ribuan tahun lalu dan saat ini sedang diteliti oleh Philipina sebagai vaksin Covid-19 guna meningkatkan imunitas tubuh? 
Artikel² ini telah tayang di:Https://www.kompasiana.com/neno1069/5e8db755097f3626636949d2/menakar-potensi-virgin-coconut-oil-vco-sebagai-vaksin-corona?page=3
https://www.minews.id/headline/peneliti-filipina-minyak-kelapa-obat-covid-19

https://www.gmanetwork.com/news/scitech/science/732259/dost-to-study-benefits-of-virgin-coconut-oil-on-covid-19-patients/story/

No comments :

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.