Wednesday, October 29, 2014

Cordyceps,Si Jamur Ulat Ajaib,Penyembuh Berbagai Penyakit


 Di dataran tinggi China (Tibet dan Himalaya pada ketinggian antara 3000 - 5000 m) terdapat jenis spesies serangga yang pada musim dingin adalah ulat, dan pada musim panas berubah menjadi jamur. Dalam bahasa China di panggil Dong Chong Xia Cao, (冬虫夏草)artinya 冬 Dong = musim dingin,虫 Chong = ulat, 夏Xia = musim panas, 草Cao = rumput/tanaman (ulat di musim dingin, rumput di musim panas). Dikenal sebagai Aweto di Cina Tibet, dan Yarchagumba di Himalaya-India. Cordyceps termasuk kategori jamur dan nutrisi yang bahan aktifnya memiliki berbagai sifat farmakologi yang berhubungan dengan hampir setiap sistem dalam tubuh manusia.

Awalnya Cordyceps tumbuh liar di Dataran Tinggi Tibet, sekitar 15.000 meter di atas permukaan laut. Tingkat oksigen yang rendah dalam iklim yang sangat ekstrim dan lingkungan yang tidak ramah menyebabkan hanya beberapa spesies saja yang dapat bertahan hidup dalam kondisi seperti itu. Spesies yang selamat biasanya sangat mudah beradaptasi, setelah mereka mengembangkan pertahanan yang kuat terhadap elemen – elemen disekitarnya. Maka dari itu, semakin keras / ekstrim lingkungan di mana jamur itu dipanen, semakin tinggi kualitas Cordyceps.

 Sejarah Ditemukannya Cordyceps
Ada lebih dari 680 species serangga dan yang paling popular adalah jenis Caterpillar Fungus (Cordyceps Sinensis). Jenis ini memiliki sejarah yang sangat panjang dalam pengobatan traditional China. Legenda mengatakan bahwa orang-orang Yung, penggembala Tibet, pertama kali menemukan Cordyceps lebih dari seribu tahun yang lalu di daerah dataran yang tinggi. Mereka berpikir itu adalah jenis rumput dan Mereka pertama kali melihat bahwa hewan yang kecil pada rumput, lalu rumput berubah seperti jamur dan menjadi lebih energik dan lincah. Bahkan seekor sapi tua memakan jamur tersebut menunjukkan tanda-tanda peningkatan kekuatan. Penasaran, para penggembala mulai memanen jamur dan segera mengamatinya. Sejak saat itu, herbalis Cina adalah kelompok orang pertama yang mulai menggunakan Cordyceps untuk sejumlah penyakit pada manusia. .
 
Proses Ulat-Larva Menjadi Jamur
Spora Cordyceps tersebar oleh angin setelah pematangan selama akhir musim gugur. Ulat yang hidup di dalam tanah memakan akar spora-jamur, dan mengisi seluruh rongga tubuh Ulat tersebut. Setelah spora-jamur penuh dalam tubuh ulat, jamur menyerap nutrisi dan jaringan lunak dalam ulat. Secara bertahap ulatpun mati, karena spora-jamur telah memumikannya. Pada awal musim panas, tumbuh jamur di atas kepala ulat tersebut dan memanjang keluar dari permukaan tanah, berbuah tubuh dengan panjang 3-5Cm

Apa saja penyakit yang dapat diobati dengan Cordyceps
Hampir semua jenis penyakit dapat diobati oleh Cordyceps, seperti
  • Mengurangi kolesterol
  • Stimulasi sistem kekebalan tubuh atau sistem imun
  • Penyembuhan dari bronchitis dan penyakit pernapasan
  • Meningkatkan stamina tubuh
  • Anti tumor/kanker
  • Melindungi hati
  • Mengurangi resiko terkena penyakit jantung
  • Menstabilkan tekanan darah (hipertensi)
  • Mengobati tumor/kanker
  • Penambah energi 
  • Bahkan sebagai obat kuat peningkat seksualitas

Peneliti farmasi dari Zigazag University mempelajari bahwa cordyceps mempunyai efek anti-diabetic jika dipadukan dengan asam amino taurin atau dikonsumsi tunggal. Penelitian yang dilakukan pada tikus yang menderita diabetes, dalam jurnal “Food and Chemical Toxicology,”edisi Maret-April 2012, ditulis bahwa Cordyceps mampu meningkatkan kadar
  •  insulin dalam darah
  •  kolesterol high-density-lipoprotein (HDL-lemak baik) 
  • kapasitas total antioksidan, 
  • persentasi fungsi sel beta and
  • pancreatic-reduced glutathione (GSH)
Individually and in combination, Cordyceps and taurine outperformed glibenclamide, a widely prescribed anti-diabetic drug, in reducing insulin resistance and increasing antioxidant capacity. The prescription drug showed stronger hypoglycemic effects

In addition, long-term success of organ transplantation is the development of arteriosclerosis in blood vessels involved in transplants. Chinese researchers at Wenzhou Medical College conducted an animal study to determine how treatment with Cordyceps sinensis would affect laboratory rats that had received aortic transplants. In a report on their study in the June 2012 issue of “Journal of Surgical Research,” researchers said that animals treated with Cordyceps showed significantly less arteriosclerotic development than those that were untreated.

Karena manfaatnya yang begitu banyak itulah, tak heran permintaan di pasar terus menggila, terutama dari Jepang, Vietnam, Thailand, dan Korea. Demi obat, manusia rela membayar berapapun dan untuk itu cordyceps terus diburu, harganyapun tidak tanggung-tanggung, $50.000 per pon, dan  bisa lebih mahal lagi tergantung jenis dan kualitas. Karena harganya yang luar biasa ini, dan  bahkan pertumpahan darah terjadi, membuat pemerintah China pusing.  Tetapi, dengan kemajuan modern dan evolusi teknologi, terobosan medis ditemukan oleh lingkungan mikro Kontrol Teknologi Pusat Penelitian Lembaga Penelitian Universitas Tsinghua, Zhejiang Delta Sungai Yangtze ketika mereka mendirikan budidaya buatan dan reproduksi tubuh buah yang dikenal dengan nama Cordyceps Sinensis yang segar sehingga Cordyceps sekarang tersedia di pasar. Muncul dalam berbagai jangkauan, cocok dikonsumsi untuk semua orang yang berusaha meningkatkan kualitas kesehatan dan kehidupannya.

Disadur dan diterjemahkan bebas dr berbagai sumber, diantaranya :
http://cordyceps-indonesia.com/tentang-cordyceps/
http://www.4lifetransferfactorindonesia.com/info-4life/cordyceps-sinensis/
http://www.livestrong.com/article/365340-cordyceps-sinensis-benefits/
http://www.livestrong.com/article/518387-the-benefits-of-tibetan-mushrooms/
http://kesehatan.kompasiana.com/alternatif/2012/07/27/yartsa-gunbu-si-jamur-ulat-obat-kuat-dari-himalaya-480225.html

No comments :

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.